PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

 

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Pendidikan Islam (IPI)

Dosen pengampu :

Dr. H. Nur Efendi, M.Ag 

Disusun oleh :

Niken Dwi Septiani                  ( 126211211025 )

Muhammad Chusnul Khuluk     ( 126211211022 )

 

 

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

UNIVERSITAS SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2022


Prakata

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Pembelajaran Seumur Hidup" ini tepat waktu. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Atas terselesaikannya makalah ini, penyusun berterimakasi kepada :

1.      Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar dan kuliah di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

2.      Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah M.Pd.I selaku dekan fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

3.      Bapak Muhammad Luqman Hakim Abbas, S.Si M.Pd. selaku Koorprodi Tadris Fisika yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini.

4.      Bapak Dr. H. Nur Efendi, M.Ag selaku Dosen pengampu Ilmu Pendidikan Islam (IPI) yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.

5.      Seluruh civitas akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang selalu memberikan dukungan kepada kami selama perkuliahan.

6.      Teman-teman perjuangan jurusan Tadris Fisika 2B yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penyusun berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai isi makalah ini.

Tulungagung, 3 Maret 2022

 

Penyusun

DAFTAR ISI

 

Prakata. i

DAFTAR ISI. ii

BAB 1. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.     Latar belakang. 1

BAB 2. 3

ISI. 3

A.     Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam.. 3

B.     Jenis Pendekatan Dalam Pendidikan Islam.. 3

a.      Pendekatan filosofis. 4

b.      Pendekatan Induksi-Deduksi 5

c.      Pendekatan Sosio-Kultural 5

d.      Pendekatan Fungsional 6

e.      Pendekatan Emosional 6

f.       Pendekatan Teologis Normatif. 7

g.      Pendekatan Antropologis. 8

h.      Pendekatan fenomenologis. 9

BAB 3. 11

PENUTUP.. 11

Kesimpulan. 11

DAFTAR RUJUKAN.. 12

 

 

 


 


BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar belakang

                Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terkandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, adminstrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang terpadu. (Ahmad Tafsir, 2001:47-151)

Dalam proses pendidikan Islam, pendekatan memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan melalui pendekatan dan metode sebagai seni dapat mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan disbanding dengan materi itu sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa ‘al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah’ (metode jauh lebih penting dibanding materi).

            Sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, sebagus apapun materi yang akan kita ajarkan, kalau cara atau metodenya kurang tepat maka semua itu tidak akan bisa dicerna oleh peserta didik, sehingga tujuan yang sudah kita tetapkan akan sia-sia dan percuma.

            Oleh karena itu penerapan pendekatan yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efesien.

Keberhasilan penggunaan suatu pendekatan merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga pendekatan pendidikan yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan.


Kemajuan sebuah Negara sangat tergantung kepada kemajuan pendidikannya (termasuk di dalamnya pendidikan Islam), dan dalam pendidikan itu erat kaitannya dengan penggunaan pendekatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Pendekatan selayaknya dikuasai oleh seorang pengajar supaya bisa mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penggunaan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta situasi dan kondisi yang ada akan mengantarkan anak didik ke dalam penguasaan isi pelajaran yang diharapkan.

Pemilihan pendekatan juga harus benar dan tepat sesuai dengan karakter dan sifat materi yang akan disajikan, sehingga tidak akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan oleh pendidik dapat dikatakan berhasil apabila dengan pendekatan  tersebut dapat dicapai tujuan yang diharapkan. (Mahmud & Tedi Priatna, 2008: 160)

Dalam Makalah ini, akan digambarkan secara khusus terkait berbagai jenis pendekatan dalam pendidikan Islam.

 

 

 

 

 

 

                                                                 


BAB 2

ISI

A.     Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam

            Dalam Kamus Besar Bahasa Indone- sia, pendekatan adalah (1) proses perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian

tentang masalah penelitian. (Depdikbud, 1995: 218) Dalam bahasa Inggris, pendekat- an diistilahkan dengan “approach”. Dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.

Secara terminology Mulyanto Sumar- di (1975: 1-12) menyatakan, bahwa pende- katan bersifat axiomatic. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakekat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Bila dikaitkan dengan pendidikan, “pendekatan” berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam serta belajar agama Islam. Ramayulis dan Samsul Nizar (2009:209) mengemukan, pendekatan (approach)merupakan pandangan falsafi terhadap subjec-matter yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode belajar.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendekatan merupakan proses kegiatan yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu. Jika dikaitkan dengan pendekatan pendidikan berarti suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati bidang pendidikan, sehingga dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan.

B.     Jenis Pendekatan Dalam Pendidikan Islam

            Jenis Pendekatan Pendidikan, pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan pendekatan ketika menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar.

            Dalam proses pendidikan Islam, pendidikan yang tepat guna adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam.

Ada beberapa pendekatan yang dipakai dalam pendidikan Islam maupun barat yaitu,

a.      Pendekatan filosofis

            Pendekatan filosofis bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.

Berdasarkan pendekatan filosofis, bagi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai- nilai ajaran Islam menurut konsep filosofis, berdasarkan Alqur’an dan Assunnah. Berbe- da dengan Barat yang dilandasi oleh nilai- nilai dari hasil pemikiran, hasil riset para ahli, dan adat kebiasaan.

Pendekatan filosofis ini memandang manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya, sehingga segala sesuatu yang menyangkut perkembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berpikir dapat dikembangkan.

Pendekatan filosofis, Alquran memberikan konsep secara konkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah kepada manusia yang selalu menggunakan rasio pemikirannya. Tujuan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tanggapnya, sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya.

            Dalam proses belajar mengajar, pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar. Contohnya pada pelajaran mengenai proses terjadinya alam atau manusia, dari mana manusia berasal, bagaimana proses kejadiannya sampai pada terciptanya bentuk manusia. Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia, hingga pada zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran, yaitu Allah SWT.

b.      Pendekatan Induksi-Deduksi

            Pendekatan induksi adalah suatu pendekatan yang penganalisaannya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal, peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang bersifat umum (universal). Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah-kaidah khusus. Orang yang pertama memperkenal- kan pendekatan ini adalah para ilmuan muslim, namun kenyataannya orang lebih mengetahui bahwa yang memperkenalkan pendekatan ini adalah Roger Bacon. Tujuan pendekatan ini adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berpikir ilmiah, membanding, menimbang antara bagian-bagian dan mengambil simpulan dan prinsip-prinsip umum.

            Sedangkan pendekatan deduksi adalah kebalikan dari pendekatan induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu cara berpikir analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus. Pendekatan deduksi ini paling banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles yaitu dalam bentuk sylogisme yang menarik simpulan berdasarkan atas premis-premis sebelumnya. Contoh yang paling klasik: Semua manusia bisa mati. Sokrater adalah manusia. Jadi, Sokrates bisa mati. Tujuan pendekatan ini sama dengan induksi, yang membedakannya terletak pada sifat kekhususan dan keumumannya saja, dan sama-sama membimbing siswa agar dapat mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan analisis yang ada.

c.       Pendekatan Sosio-Kultural

            Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan kebudayaan sehingga dipandang sebagai “homo socius” dan ”homo sapiens” dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Pada hakikatnya, manusia itu di samping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau masyarakat.

            Pendekatan ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat menyesuaikan diri baik dalam individu maupun sosialnya. Bentuk-bentuk pengaplikasian pendekatan ini dalam Alquran disebutkan seperti berikut:

1)      Tolong menolong antar sesama, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat2.

2)      Kesatuan masyarakat, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya ayat 92.

3)      Persaudaraan antar anggota masyarakat, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat ayat 10.

d.      Pendekatan Fungsional

            Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu dilihat dari segi fungsi. Maka yang dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah “penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari”.

            Berdasarkan kepada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada anak didik adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam kehidupan bermasyarakat, karena harus disadari sepenuhnya bahwa materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk memajukan aspek kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan hidupnya di masa mendatang.

e.      Pendekatan Emosional

            Emosional secara lughawi berarti “menyentuh perasaan, mengharukan”. Secara terminologi, pendekatan emosional adalah “usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya”.

            Melalui pendekatan emosional, setiap pendidik selalu berusaha untuk “membakar” semangat (ghirah) anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai tuntunan Alquran dan Assunnah. Memberikan sentuhan rohani kepada anak didik diyakini sangat besar kontribusinya dalam memicu dan memacu semangat mereka dalam beribadah dan menuntut ilmu. Asumsi di atas didukung oleh sebuah keyakinan bahwa setiap kita memiliki emosi emosi selalu berhubungan dengan perasaan, setiap orang yang disentuh perasaannya, secara otomatis emosinya juga akan tersentuh.

            Sebagai contoh, seorang anak didik akan tersentuh perasaannya melihat dan mendengar saudaranya khususnya yang sebaya yang sedang mendapat kecelakaan. Indikasi dari kesedihan itu, ia bisa menangis dan merasa kehilangan ketika temannya yang sedang mendapat musibah tersebut tidak bisa bermain bersamanya. Ketika kita melihat dan mendengar berita TV bagaimana saudara-saudara kita di Palestina diperlakukan secara tidak manusiawi oleh tentara Israel, perasaan kita akan tersentuh dan dapat memicu emosi kita untuk menolong mereka serta berusaha untuk melawan kaum zionis tersebut sebagai bentuk empati. Kedua contoh di atas memberikan gambaran bahwa perasaan yang ada pada setiap manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu pendidikan sebagai sebuah proses dinilai sangat potensial dalam membentuk manusia-manusia yang berkualitas melalui pendekatan emosional ini. Karena emosi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang.

f.        Pendekatan Teologis Normatif

            Teologi, ilmu yang membahas tentang keyakinan adalah sesuatu yang fundamental dalam agama. Kristen abad pertengahan menganggapnya sebagai “The Queen of The Science” , yakni suatu ilmu pengetahuan yang paling otoritatif, dimana semua hasil penelitian dan pemikiran harus sesuai dengan alur pemikiran teologis ini, dan jika terjadi perselisihan, maka pandangan keagamaan yang harus dimenangkan. Hal yang sama juga terjadi dalam Islam. Menurut al-Ghazali, teologi (ilmu Kalam) adalah “kunci” keselamatan. Siapa yang ingin selamat dan diterima ibadahnya, ia harus mendalami ilmu ini.

            Dari berbagai pendekatan-pendekatan teologis yang ada, pendekatan teologis normatif merupakan salah satu pendekatan teologis dalam upaya memahami agama secara harfiah.

            Tegasnya kajian teologi Islam yang menggunakan pendekatan normatif masih bersifat teosentris, atau menurut Amin Abdullah.Disamping itu, secara metodologis, kajian teologi yang menggunakan pendekatan tersebut juga masih menggunkan logika Arstotelian yang bersifat deduktif, dan setidaknya pemikiran yang digunakan masih diwarnai oleh gaya pemikiran Yunani yang spekualtif. Kenyataan ini tidak hanya terjadi pada Asy’ariyah, tetapi juga pada Mu’tazilah yang dianggap paling rasional, sehingga serasional apapun pemikiran Mu’taziah, sesungguhnya ia masih bersifat deduktif bayaniyah, artinya ia masih bersifat transmission, deskriptif dan bergantung pada teks, Al-Qur’an maupun al-Hadis.

            Dari pemikiran teologi di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan teologis semacam ini dalam pemahaman keagamaan adalah menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan teologi teologi mengklaim dirinya yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan faham yang lain salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan lain sebagainya.

g.      Pendekatan Antropologis

            Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.

            Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya. Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis sangat penting untuk memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai ’khalifah’ (wakil Tuhan) di bumi, misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam.

            Dalam aplikasinya, berbagai penelitian antropologi agama dapat dikemukakan hubungan yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin yang lain, pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang bersifat menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan orang kaya lebih cendrung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan

h.      Pendekatan fenomenologis

            Ada dua hal yang menjadi karakteristik pendekatan fenomenologi. Pertama, bisa dikatakan bahwa fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain dalam perspektif netralitas, dan menggunakan preferensi orang yang bersangkutan untuk mencoba melakukan rekonstruksi dalam dan menurut pengalaman orang lain tersebut. Dengan kata lain semacam tindakan menanggalkan diri sendiri (epoche), dia berusaha menghidupkan pengalaman orang lain, berdiri dan menggunakan pandangan orang lain tersebut.

            Adapun aspek yang Kedua adalah mengkonstruksi rancangan taksonomi untuk mengklasifikasikan fenomena masyarakat beragama, budaya, bahkan epoche. Tugas Fenomenologis setelah mengumpulkan data sebanyak mungkin adalah mencari kategori yang akan menampakkan kesamaan bagi kelompok tersebut. Aktivitas ini pada intinya adalah mencari struktur dalam pengalaman beragama untuk prinsip-prinsip yang lebih luas yang nampak dalam membentuk keberagamaan manusia secara menyeluruh.

            Hal yang terpenting dari pendekatan fenomenologi agama adalah apa yang dialami oleh pemeluk agama, apa yang dirasakan, diakatakan dan dikerjakan serta bagaimana pula pengalaman tersebut bermakna baginya. Kebenaran studi fenomenologi adalah Penjelasan tentang makna upacara, ritual, seremonial, doktrin, atau relasi sosial bagi dan dalam keberagamaan pelaku.Selanjutnya dalam pendekatan fenomenologi juga menggunakan bantuan disiplin lain untuk menggali data, seperti sejarah, filologi, arkeologi, studi sastra, psikologi, sosiologi, antropologi dan sebagainya.


BAB 3

PENUTUP

A.   Kesimpulan

      Dari paparan mengenai pendekatan dalam pendidikan Islam di atas, dapat kemukakan beberapa hal, yaitu:

1.      pendekatan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Sebaik apapun materi ajar yang telah disiapkan atau direncanakan, tanpa pendekatan yang baik dan tepat, maka proses pembelajaran itu bisa menuai kegagalan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, kemampuan pendidik dalam memilih dan menerapkan pendekatan sangat menentukan.

2.      begitu pentingnya pendekatan dalam pendidikan, maka pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan metode tersebut. Pendidik harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari masing-masing pendekatan yang akan digunakan serta menentukan pilihan yang paling tepat sehingga peserta didik lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran. Dan yang paling terpenting adalah dengan pendekatan itu, peserta didik sampai kepada tujuan yang diinginkan.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Daradjat, Zakiah, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

 Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru., Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

N.K, Roustiyah. Strategi Belajar Mengajar, Cet I. Jakarta: Bina Aksara, 1985.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Arief, Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Arkoun, Mohammad, 1994. Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, Jakarta: INIS.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Akhyat. Rekonstruksi Antropologi Pendidikan Islam: Kajian Pemikiran Iqbal (Desertasi). Yogyakarta: UIN SUKA Press. 2009.

Asyraf, Ali. Horizon Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.