PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam (IPI)
Dosen pengampu :
Dr. H. Nur Efendi, M.Ag
Disusun oleh :
Niken
Dwi Septiani ( 126211211025 )
Muhammad Chusnul Khuluk (
126211211022 )
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
UNIVERSITAS SAYYID ALI
RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2022
Prakata
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul "Konsep Pembelajaran Seumur Hidup" ini tepat
waktu. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.
Atas terselesaikannya makalah ini, penyusun
berterimakasi kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.
Maftukhin M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar dan kuliah di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2.
Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah M.Pd.I selaku
dekan fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
3.
Bapak Muhammad Luqman Hakim Abbas, S.Si M.Pd.
selaku Koorprodi Tadris Fisika yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk
menyelesaikan makalah ini.
4.
Bapak
Dr. H. Nur Efendi, M.Ag selaku Dosen pengampu Ilmu Pendidikan Islam (IPI) yang telah membimbing dalam penyusunan makalah
ini.
5.
Seluruh civitas akademika UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang selalu memberikan dukungan kepada kami selama
perkuliahan.
6. Teman-teman perjuangan
jurusan Tadris Fisika 2B yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat berguna
bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun mengenai isi makalah ini.
Tulungagung, 3 Maret 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Pengertian
Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
B. Jenis
Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
f. Pendekatan
Teologis Normatif
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan Islam
sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terkandung aspek
tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan,
adminstrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya saling berkaitan dan
membentuk suatu sistem yang terpadu. (Ahmad Tafsir, 2001:47-151)
Dalam
proses pendidikan Islam, pendekatan memiliki kedudukan yang sangat signifikan
untuk mencapai tujuan. Bahkan melalui pendekatan dan metode sebagai seni dapat
mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap
lebih signifikan disbanding dengan materi itu sendiri. Sebuah adigum mengatakan
bahwa ‘al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah’ (metode jauh lebih penting dibanding
materi).
Sebuah realita bahwa cara
penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun
sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.
Sebaliknya, sebagus apapun materi yang akan kita ajarkan, kalau cara atau
metodenya kurang tepat maka semua itu tidak akan bisa dicerna oleh peserta
didik, sehingga tujuan yang sudah kita tetapkan akan sia-sia dan percuma.
Oleh karena itu penerapan pendekatan
yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Pendekatan yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu
yang tidak efesien.
Keberhasilan
penggunaan suatu pendekatan merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang
pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga
pendekatan pendidikan yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Kemajuan
sebuah Negara sangat tergantung kepada kemajuan pendidikannya (termasuk di
dalamnya pendidikan Islam), dan dalam pendidikan itu erat kaitannya dengan
penggunaan pendekatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi.
Pendekatan selayaknya dikuasai oleh seorang pengajar supaya bisa mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. Penggunaan pendekatan yang tepat dan sesuai
dengan materi pelajaran serta situasi dan kondisi yang ada akan mengantarkan
anak didik ke dalam penguasaan isi pelajaran yang diharapkan.
Pemilihan
pendekatan juga harus benar dan tepat sesuai dengan karakter dan sifat materi
yang akan disajikan, sehingga tidak akan menjadi penghalang kelancaran jalannya
proses belajar mengajar. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan oleh pendidik
dapat dikatakan berhasil apabila dengan pendekatan tersebut dapat dicapai tujuan yang
diharapkan. (Mahmud & Tedi Priatna, 2008: 160)
Dalam
Makalah ini, akan digambarkan secara khusus terkait berbagai jenis pendekatan dalam
pendidikan Islam.
BAB 2
ISI
A. Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indone-
sia, pendekatan adalah (1) proses perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian
tentang
masalah penelitian. (Depdikbud, 1995: 218) Dalam bahasa Inggris, pendekat- an
diistilahkan dengan “approach”. Dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.
Secara
terminology Mulyanto Sumar- di (1975: 1-12) menyatakan, bahwa pende- katan
bersifat axiomatic. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakekat bahasa
dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Bila dikaitkan dengan pendidikan,
“pendekatan” berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan Islam dan
pengajaran agama Islam serta belajar agama Islam. Ramayulis dan Samsul Nizar
(2009:209) mengemukan, pendekatan (approach)merupakan pandangan falsafi
terhadap subjec-matter yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode
belajar.
Dari
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendekatan merupakan proses kegiatan
yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu. Jika dikaitkan dengan pendekatan pendidikan
berarti suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati bidang pendidikan,
sehingga dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Jika dalam
kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatan
berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami
kemudahan dan keberhasilan.
B. Jenis Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Jenis
Pendekatan Pendidikan, pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan
pendekatan ketika menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar.
Dalam
proses pendidikan Islam, pendidikan yang tepat guna adalah pendidikan yang
mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam tujuan pendidikan islam.
Ada
beberapa pendekatan yang dipakai dalam pendidikan Islam maupun barat yaitu,
a. Pendekatan filosofis
Pendekatan
filosofis bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk
mengembangkan diri dan kehidupannya.
Berdasarkan
pendekatan filosofis, bagi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi
proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai- nilai ajaran Islam
menurut konsep filosofis, berdasarkan Alqur’an dan Assunnah. Berbe- da dengan
Barat yang dilandasi oleh nilai- nilai dari hasil pemikiran, hasil riset para
ahli, dan adat kebiasaan.
Pendekatan filosofis ini memandang
manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk mengembangkan diri
dan kehidupannya, sehingga segala sesuatu yang menyangkut perkembangannya
didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berpikir dapat dikembangkan.
Pendekatan filosofis, Alquran memberikan
konsep secara konkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah
kepada manusia yang selalu menggunakan rasio pemikirannya. Tujuan pendekatan
ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya
sampai titik maksimal dari daya tanggapnya, sehingga siswa terlatih untuk terus
berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya.
Dalam
proses belajar mengajar, pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru
mengajar. Contohnya pada pelajaran mengenai proses terjadinya alam atau
manusia, dari mana manusia berasal, bagaimana proses kejadiannya sampai pada
terciptanya bentuk manusia. Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal
pemikiran manusia, hingga pada zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran,
yaitu Allah SWT.
b. Pendekatan Induksi-Deduksi
Pendekatan
induksi adalah suatu pendekatan yang penganalisaannya secara ilmiah, bertolak
dari kaidah (hal-hal, peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang
bersifat umum (universal). Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum
berdasarkan kaidah-kaidah khusus. Orang yang pertama memperkenal- kan
pendekatan ini adalah para ilmuan muslim, namun kenyataannya orang lebih
mengetahui bahwa yang memperkenalkan pendekatan ini adalah Roger Bacon. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berpikir ilmiah,
membanding, menimbang antara bagian-bagian dan mengambil simpulan dan
prinsip-prinsip umum.
Sedangkan
pendekatan deduksi adalah kebalikan dari pendekatan induksi. Kalau induksi
bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, sementara deduksi adalah
sebaliknya, yaitu cara berpikir analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat
umum kepada hal-hal yang bersifat khusus. Pendekatan deduksi ini paling banyak dipakai
dalam logika klasik Aristoteles yaitu dalam bentuk sylogisme yang menarik simpulan
berdasarkan atas premis-premis sebelumnya. Contoh yang paling klasik: Semua manusia
bisa mati. Sokrater adalah manusia. Jadi, Sokrates bisa mati. Tujuan pendekatan
ini sama dengan induksi, yang membedakannya terletak pada sifat kekhususan dan
keumumannya saja, dan sama-sama membimbing siswa agar dapat mengambil
kesimpulan dari berbagai persoalan analisis yang ada.
c.
Pendekatan
Sosio-Kultural
Pendekatan
ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan
kebudayaan sehingga dipandang sebagai “homo socius” dan ”homo sapiens” dalam
kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Pada hakikatnya, manusia itu di
samping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, karena manusia
tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia
senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau
masyarakat.
Pendekatan
ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkungannya,
baik di sekolah maupun masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek
tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan
siswa dapat menyesuaikan diri baik dalam individu maupun sosialnya.
Bentuk-bentuk pengaplikasian pendekatan ini dalam Alquran disebutkan seperti
berikut:
1)
Tolong menolong antar sesama, seperti
dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat2.
2)
Kesatuan masyarakat, seperti dijelaskan
dalam QS. Al-Anbiya ayat 92.
3)
Persaudaraan antar anggota masyarakat,
seperti dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat ayat 10.
d.
Pendekatan Fungsional
Sesuai
dengan pengertian fungsional yaitu dilihat dari segi fungsi. Maka yang dimaksud
dengan pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah
“penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya
bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari”.
Berdasarkan
kepada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada anak
didik adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam kehidupan
bermasyarakat, karena harus disadari sepenuhnya bahwa materi pelajaran yang
disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk memajukan aspek
kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan hidupnya di masa mendatang.
e.
Pendekatan Emosional
Emosional
secara lughawi berarti “menyentuh perasaan, mengharukan”. Secara terminologi,
pendekatan emosional adalah “usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa
dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya”.
Melalui
pendekatan emosional, setiap pendidik selalu berusaha untuk “membakar” semangat
(ghirah) anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai
tuntunan Alquran dan Assunnah. Memberikan sentuhan rohani kepada anak didik
diyakini sangat besar kontribusinya dalam memicu dan memacu semangat mereka
dalam beribadah dan menuntut ilmu. Asumsi di atas didukung oleh sebuah
keyakinan bahwa setiap kita memiliki emosi emosi selalu berhubungan dengan
perasaan, setiap orang yang disentuh perasaannya, secara otomatis emosinya juga
akan tersentuh.
Sebagai
contoh, seorang anak didik akan tersentuh perasaannya melihat dan mendengar
saudaranya khususnya yang sebaya yang sedang mendapat kecelakaan. Indikasi dari
kesedihan itu, ia bisa menangis dan merasa kehilangan ketika temannya yang
sedang mendapat musibah tersebut tidak bisa bermain bersamanya. Ketika kita
melihat dan mendengar berita TV bagaimana saudara-saudara kita di Palestina
diperlakukan secara tidak manusiawi oleh tentara Israel, perasaan kita akan
tersentuh dan dapat memicu emosi kita untuk menolong mereka serta berusaha
untuk melawan kaum zionis tersebut sebagai bentuk empati. Kedua contoh di atas
memberikan gambaran bahwa perasaan yang ada pada setiap manusia pada dasarnya
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
pendidikan sebagai sebuah proses dinilai sangat potensial dalam membentuk
manusia-manusia yang berkualitas melalui pendekatan emosional ini. Karena emosi
sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang.
f.
Pendekatan Teologis
Normatif
Teologi,
ilmu yang membahas tentang keyakinan adalah sesuatu yang fundamental dalam
agama. Kristen abad pertengahan menganggapnya sebagai “The Queen of The
Science” , yakni suatu ilmu pengetahuan yang paling otoritatif, dimana semua
hasil penelitian dan pemikiran harus sesuai dengan alur pemikiran teologis ini,
dan jika terjadi perselisihan, maka pandangan keagamaan yang harus dimenangkan.
Hal yang sama juga terjadi dalam Islam. Menurut al-Ghazali, teologi (ilmu
Kalam) adalah “kunci” keselamatan. Siapa yang ingin selamat dan diterima
ibadahnya, ia harus mendalami ilmu ini.
Dari
berbagai pendekatan-pendekatan teologis yang ada, pendekatan teologis normatif
merupakan salah satu pendekatan teologis dalam upaya memahami agama secara
harfiah.
Tegasnya
kajian teologi Islam yang menggunakan pendekatan normatif masih bersifat teosentris,
atau menurut Amin Abdullah.Disamping itu, secara metodologis, kajian teologi
yang menggunakan pendekatan tersebut juga masih menggunkan logika Arstotelian
yang bersifat deduktif, dan setidaknya pemikiran yang digunakan masih diwarnai
oleh gaya pemikiran Yunani yang spekualtif. Kenyataan ini tidak hanya terjadi
pada Asy’ariyah, tetapi juga pada Mu’tazilah yang dianggap paling rasional,
sehingga serasional apapun pemikiran Mu’taziah, sesungguhnya ia masih bersifat
deduktif bayaniyah, artinya ia masih bersifat transmission, deskriptif dan
bergantung pada teks, Al-Qur’an maupun al-Hadis.
Dari
pemikiran teologi di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan teologis semacam
ini dalam pemahaman keagamaan adalah menekankan pada bentuk formal atau
simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk formal atau simbol-simbol
keagamaan teologi teologi mengklaim dirinya yang paling benar, sedangkan yang
lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa
pahamnyalah yang benar sedangkan faham yang lain salah, sehingga memandang
bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan lain sebagainya.
g.
Pendekatan Antropologis
Antropologi
diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Pendekatan antropologis dalam memahami
agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara
melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan
kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Antropologi,
sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan
pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang
manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya. Nurcholish
Madjid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis sangat penting untuk
memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai ’khalifah’ (wakil Tuhan) di
bumi, misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam.
Dalam
aplikasinya, berbagai penelitian antropologi agama dapat dikemukakan hubungan
yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin yang lain, pada
umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang bersifat menjanjikan
perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan orang kaya lebih cendrung
untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan
h.
Pendekatan
fenomenologis
Ada
dua hal yang menjadi karakteristik pendekatan fenomenologi. Pertama, bisa
dikatakan bahwa fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain
dalam perspektif netralitas, dan menggunakan preferensi orang yang bersangkutan
untuk mencoba melakukan rekonstruksi dalam dan menurut pengalaman orang lain
tersebut. Dengan kata lain semacam tindakan menanggalkan diri sendiri (epoche),
dia berusaha menghidupkan pengalaman orang lain, berdiri dan menggunakan pandangan
orang lain tersebut.
Adapun
aspek yang Kedua adalah mengkonstruksi rancangan taksonomi untuk
mengklasifikasikan fenomena masyarakat beragama, budaya, bahkan epoche. Tugas
Fenomenologis setelah mengumpulkan data sebanyak mungkin adalah mencari
kategori yang akan menampakkan kesamaan bagi kelompok tersebut. Aktivitas ini
pada intinya adalah mencari struktur dalam pengalaman beragama untuk
prinsip-prinsip yang lebih luas yang nampak dalam membentuk keberagamaan
manusia secara menyeluruh.
Hal
yang terpenting dari pendekatan fenomenologi agama adalah apa yang dialami oleh
pemeluk agama, apa yang dirasakan, diakatakan dan dikerjakan serta bagaimana
pula pengalaman tersebut bermakna baginya. Kebenaran studi fenomenologi adalah
Penjelasan tentang makna upacara, ritual, seremonial, doktrin, atau relasi
sosial bagi dan dalam keberagamaan pelaku.Selanjutnya dalam pendekatan
fenomenologi juga menggunakan bantuan disiplin lain untuk menggali data,
seperti sejarah, filologi, arkeologi, studi sastra, psikologi, sosiologi,
antropologi dan sebagainya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
paparan mengenai pendekatan dalam pendidikan Islam di atas, dapat kemukakan
beberapa hal, yaitu:
1. pendekatan
merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Sebaik
apapun materi ajar yang telah disiapkan atau direncanakan, tanpa pendekatan
yang baik dan tepat, maka proses pembelajaran itu bisa menuai kegagalan dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu, kemampuan pendidik dalam memilih dan
menerapkan pendekatan sangat menentukan.
2.
begitu
pentingnya pendekatan dalam pendidikan, maka pendidik dituntut
profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan metode tersebut. Pendidik
harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari masing-masing pendekatan yang
akan digunakan serta menentukan pilihan yang paling tepat sehingga peserta
didik lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran. Dan yang paling
terpenting adalah dengan pendekatan itu, peserta didik sampai kepada tujuan
yang diinginkan.
DAFTAR RUJUKAN
Arief,
Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Daradjat,
Zakiah, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Djamarah,
Syaiful Bahri, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran;
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru., Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
N.K,
Roustiyah. Strategi Belajar Mengajar, Cet I. Jakarta: Bina Aksara, 1985.
Ramayulis.
Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Arief,
Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press.
Arkoun,
Mohammad, 1994. Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru,
Jakarta: INIS.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Akhyat.
Rekonstruksi Antropologi Pendidikan Islam: Kajian Pemikiran Iqbal (Desertasi).
Yogyakarta: UIN SUKA Press. 2009.
Asyraf,
Ali. Horizon Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TRIMAKASIH SUDAN MENGHUBUNGI