PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN
IMPLIKASINYA
Muhammad Chusnul khuluk1
Prof. Dr. Hj. Binti maunah M.Pd.I2
Tadris Fisika,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
e-mail: bot.mecom@gmail.com1, e-mail: uun.lilanur@gmail.com2
Abstrak
:
Pendidikan seumur
hidup adalah proses pendidikan yang terus menerus berlangsung tanpa batas waktu
dan tempat. yang dimulai dari lahir sampai akhir hayat. Yaitu yang terjadi
dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan pendidikan panjang umur adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, mengembangkan kesadaran bahwa
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia itu semarak dan dinamis,
meluaskan dan meningkatkan harapan dan kehidupan manusia. Implikasinya program
long life education dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori: pendidikan
keaksaraan fungsional, pendidikan vokasi, pendidikan profesi, pendidikan ke
arah perubahan dan pembangunan serta pendidikan kewarganegaraan dan kematangan
politik.
Kata
Kunci : Pendidikan,
Hidup, Seumur Hidup, Pendidikan Seumur Hidup, Implikasi.
LIFETIME EDUCATION AND ITS
IMPLICATIONS
Abstract
;
Long life
education is a process of continuous education lasts indefinitely and the
place. that starts from birth to the end of life. That is that occurred in the
family, at school, at work and in public life. Long life educational purposes
is to develop the potential of the human personality in accordance with the
nature and essence, develop awarnes that the growth and development of the
human personality is vibrant and dynamic, expands and increases hope and human
life. The implications long life education programs can be grouped into several
categories: functional literacy education, vocational education, professional
education, education in the direction of change and development and civic education
and political maturity.
Key
Words : Education, Life,
Lifelong, Lifelong Education, Implications
PENDAHULUAN
Manusia adalah
makhluk sosial yang berkeinginan untuk hidup berkelompok dalam sebuah
masyarakat. Secara inheren, manusia memiliki hasrat atau keiginan, walaupun
dalam tatanan yang berbeda. Hasrat atau keinginan adalah tuntutan pemenuhan
kebututuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan rohani, serta kebutuhan
aktualisasi diri, yaitu kebutuhan pengakuan akan eksistensi diri di hadapan
orang lain.[1]
Kehidupan
bermasyarakat dengan berbagai perbedaan keinginan dan kepentingan laksana
sebuah permainan yang di dalamnya dapat menimbulkan persaingan untuk mencari
kemenangan. Kemenangan yang sebenarnya hanya akan dapat dicapai berdasarkan
pada tingkat kecerdasan, ketangkasan dan kesabaran seseorang. Perbedaan sosial
dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin mengakibatkan timbulnya
berbagai kelompok atau status sosial dalam masyarakat. Status adalah rangking
sosial yag didasarkan pada prestise seperti gengsi, martabat dan wibawa. Status
pada umumya didasarkan pada perbedaan pekerjaan, sosiologi dan keturunan.[2]
Stratifikasi
sosial merupakan akibat ketidaksamaan posisi dan tempat secara sosial di dalam
masyarakat yang berakibat pada perbedaan kesempatan untuk mendapatkan akses
sosial, ekonomi dan politik. Sebagian masyarakat masih menilai sebuah pekerjaan
mempunyai status sosial yang tinggi dan bergengsi diukur dari besaran nilai
nominal yang dihasilkan.
Dalam era
globalisasi sekarang ini, pendidikan bermutu dipandang sebagai kegiatan
pembekalan pada manusia untuk menyongsong perubahan dan perkembangan. Peradaban
dunia saat ini, secara keseluruhan berada dalam tatanan global yang ditopang
oleh perkembangan teknologi komonikasi, transformasi dan informasi.[3] Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang positif, karena dapat
dengan mudah menyelesaikan berbagai permasalahan, namun sekaligus juga membawa
pengaruh yang negatif, karena dapat menciptakan kesenjangan yang tajam dalam
kehidupan masyarakat sampai pada pranata sosial.
Masyarakat
modern saat ini termasuk masyarakat Indonesia menghadapi perkembangan yang
sangat cepat dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mempengaruhi
masalah-masalah substansi kehidupan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
masyarakatnya sangat mejemuk, karena bangsa Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan jumlah pulau terbesar di dunia dengan berbagai ragam suku,
bahasa, adat dan budaya yang menempatinya. Usman Pelly menyatakan Meskipun
setiap warga Indonesia berbicara dalam satu bahasa nasional, namun
kenyataaannya terdapat kurang lebih 350 kelompok etnis, adat istiadat, dan
cara-cara sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu. Dan kecenderungan yang
muncul dalam masyarakat majemuk adalah timbulnya persaingan dan semakin sulit
diatasi ketika melibatkan berbagai komponen bangsa.[4] Kesenjangan
dalam berbagai bidang dapat menjadi pemicu timbulnya situasi konflik, dan agama
sering digunakan sebagai argumentasi kesadaran dalam menggerakan konflik.[5]
Pernyataan ini
menunjukan bahwa kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat Indonesia dapat
dilihat dari perbedaan etnis, agama, bahasa daerah, pakaian, makanan, budaya,
tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan dan tingkat sosial budaya.
Bangsa yang multi majemuk sangat rentan terhadap terjadinya konflik antar
kelompok masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menampilkan suasana industrialitas yang akan membentuk budayabudaya baru dalam
masyarakat, dan menimbulkan perbedaan-perbedaan sikap serta pandangan hidup
yang cenderung pada kehidupan materialitas, individualistis dan pragmatis. Bagi
masyarakat yang tidak mampu memahami dan mensosialisasikan human Relation, akan berakibat pada kesenjangan dalam bidang
politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pendidikan
secara umum diyakini menyimpan kekuatan untuk menciptakan secara kseluruhann
visi kehidupan dalam menciptakan peradaban manusia. Pendidikan dalam kehidupan
sosial kemanusiaan, merupakan satu upaya yang dapat melahirkan proses
pembelajaran yang dapat membawa manusia menjadi sosol yang potensial secara
inteltual nelalui proses transfer of
knowledge dan proses transfer of
values. Pendidikan merupakan proses panjang yang berlangsung secara terus
menerus, tidak terbatas pada tempat dan waktu dalam rangka mengantarkan
manuisia untuk menjadi seorang yang memiliki kekuatan spiritual dan
intelektual. sehingga dapat menigkatkan kualitas hidupnya.
METODE
Metode yang
digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah kepustakaan. Data primer diperoleh
dari pembacaan buku-buku mutakhir. Kajian dilakukan pada bulan juni 2022 dengan
melibatkan orang lain sebagai penilai materi. Pada tahap awal, penulis berupaya
mengumpulkan materi dari berbagai teori konflik yang sedang berkembang,
kemudian disusun dalam bentuk naskah teks yang siap dibahas dalam per group.
Berdasarkan dari berbagai masukan, kemudian naskah kajian di perbaiki, untuk
dibahas pada diskusi tahap dua. Hasil akhir diskusi kedua naskah kajian
difinalisasi dan siap dipublikasikan dalam sekala yang lebih luas.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hakekat
Pendidikan
Pendidikan
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Tujuan pendidikan terkandung dan dapat dipahami dalam setiap
pengalaman belajar, tidak hanya ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan tidak
jauh berbeda dengan tujuan hidup.[6]
Pendidikan merupakan suatu usaha yang jelas dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlah mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, maupun lingkungan.[7]
Pendidikan
adalah usaha manusia dalam proses pembentukan manusia seutuhnya mencakup
kemampuan mental, fikir dan kepribadian, sebagai bekal manusia untuk meraih
keberhasilan dan kesuksehsan dalam hidup. Pendidikan adalah karya bersama yang
berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu, sebagai Proses
pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter
manusia. Pendidikan adalah lembaga atau usaha pembangunan watak bangsa, yang
menacakup ruang lingkup kemampuan mental, fikir dan kepribadian manusia.[8]
Pendidikan
terkait dengan perkembangan manusia, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
ketrampilan pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada perkembangan iman,
mental, spiritual maka akan didapatkan hasil secara seimbang. Pendidikan
membuat manusia lebih berkualitas dalam meningkatkan hidupnya, dari taraf
kehidupan alamiah ke taraf kehidupan berbudaya. Budaya adalah segala hasil
pikiran, kemauan dan karya manusi baik secara individual maupun kelompok yang
berguna bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Semakin tinggi budaya suatu
bangsa berarti semakin tinggi pendidikannya. Semakin tinggi budaya suatu bangsa
berarti semakin tinggi harkat kemanusiaannya. “Kegagalan dunia pendidikan dalam
menyiapkan masa depan umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan
kehidupan bangsa.”[9]
Kemajuan suatu bangsa berkorelasi positif dengan keberhasilan masyarakat dalam
studi dan mengaplikasikan ilmunya pada dunia kerja.”[10]
Pernyataan ini
menunjukan, bahwa Pendidikan merupakan lembaga yang dikelola masyarakat secara
sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan sumber daya
manusia. Pendidikan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas manusia
sebagai makhluk yang terus berfikir dengan akan mengantarkan sesorang mencapai
cita-cita yang diimpikan berdampak positif bagi kemajuan peradaban manusia.
Seseorang dengan kemampuan intelektual dan kecerdasan yang tinggi, telah mampu
meraih tingkat keberhasilan dalam kehidupannya. Masyarakat yang maju atau
modern adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan
kebudayaan, yang dihasilkan dari proses pelaksanaan pendidikan, karena
pendidikan juga berarti mempersiapkan manusia menjadi pelaku sejarah.
Pendidikan
adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan
akan meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan
dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi sesamanya.
Pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang menawarkan jasa layanan
bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional dan spiritual dalam
menyiapkan masa depan umat. Dizaman modern seperti sekarang, pendidikan masih
dianggap sebagai kekuatan utama dalam komunitas sosial, sebagai amunisi yang
mampu memberikan kemampuan teknologi, fungsional, informatif dan terbuka bagi
pilihan utama masyarakat dalam memasuki masa depan.
Institusi
pendidikan merupakan instrumen penting dalam kerangka penyiapan sumber daya
manusia di dunia kerja dan masyarakat. Perguruan Tinggi merupakan sebuah
lembaga pelayanan jasa pendidikan yang dalam pelaksanaan kegiatannya harus
selalu berorientasi pada perkembangan zaman dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelanggan. Dilihat dari sistem penjenjangan yang berlaku pada suatu negara, pendidikan
tinggi merupakan pintu terakhir bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja,
karena pengetahuan, pengalaman dan skill yang dimiliki mahasiswa merupakan
kontribusi penting bagi pembangunan suatu bangsa.
Tujuan
pendidikan adalah mempersiapkan hidup. Pendidikan bertujuan memenuhi
seperangkat hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan dilaksanakan
bertingkat, pertama; Tujuan pendidikan nasional yang hendak dicapai dalam system
pendidikan yang berskala nsional. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) oleh UUSPN
No. 20 tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan; Kedua, Tujuan institusional yaitu tujuan yang hendak dicapai
oleh suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu; Ketiga, Tujuan
kurikulum yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bidang ilmu atau program
studi, bidang studi, mata pelajaran, dan suatau ajaran yang disusun berdasarkan
tujuan institusional; dan keempat, Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran
yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakan suatu proses
pembelajaran disususn berdasarkan tujuan kurikulum sesuai pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang dituangkan dalam alokasi waktu tertentu.
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Tujuan pendidikan Indonesia adalah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya dan menguasai ilmu pengetahuan, dengan sasaran menjangkau segenap
peserta didik dari semua jenis dan kategori umur sepajang hayat.
Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah konsep pendidikan yang menerangkan tentang
keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar dalam proses pembinaan
kepribadian yang berlangsung secara kontinyu dalam keseluruhan hidup manusia.
Proses pembinaan kepribadian memerlukan rentang waktu yang relatif panjang, bahkan
berlangsung seumur hidup.[11]
Pendidikan seumur hidup, yang disebut dengan Life Long Education adalah
pendidikan yang menekankan bahwa proses pendidikan berlangsung terus menerus
sejak seseorang dilahirkan hingga meningal dunia, baik dilaksanakan di jalur
pendidikan formal, non formal maupun informal.[12]
Pendapat ini
menunjukan, pendidikan bukan hanya didapat dari bangku sekolah atau pendidikan
formal, namun juga dapat diperoleh dari pendidikan informal dan non formal.
Pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani
dalam kehidupan manusia. Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep
pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar
dalam keseleuruhan kehidupan manusia. Proses pendidikan seumur hidup
berlangsung secara kontinyu dan tidak terbatas oleh waktu, dan tempat sepanjang
perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga meninggal dunia baik secara formal
maupun non formal. Proses pendidikan seumur hidup tidak hanya dilakukan leh
seseorang yang sedang belajar pada pendidikan formal, manun bagi semua lapisan
masyarakat.
Konsep
pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan para tokoh
pendidikan dan Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, jauh sebelum orang-orang
barat mempopolerkannya.[13] Umat
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup dengan tuntutlah ilmu
dari buaian sampai meninggal dunia.
Ungkapan ini
menunjukan bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak lahir
sampai manusia mengakhiri hidup. Selain itu Islam juga mengajarkan untuk
mempelajari tidak hanya ayat qauliyah saja, tetapi ayat-ayat kauniyah, atau
kejadian-kejadian di sekitar manusia. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan
seumur hidup itu sangat benar adanya di dalam kehidupan.
Lahirnya manusia
yang beriman dan berpengetahuan merupakan salah satu langkah pokok yang dapat
menumbuhkan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.[14]
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan membawa misi suci, secara horisontal
manusia sebagai khalifah yang bertugas sebagai tauladan bagi sesama dan sebagai
menata seluruh kehidupan alam semesta, secara vertikal manusia sebagai hamba
yang harus beribadah dan mengabdi kepada Tuhannya.[15]
Pendapat di atas
menerangkan bahwa Pendidikan sebagai semua pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan (dalam keluarga/sekolah dan atau masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hidup. Melalui pendidikan ada ranah dalam diri manusia
yang akan dikembangkan pada anak didik yaitu ranah afeksi (rasa dan karsa) atau
yang lazim disebut perasaan dan kemauan. Ranah kognisi yaitu cipta otak
(pikiran) dan ranah psikomotor yaitu keterampilan. Pendidikan yang berlangsung
terus menerus keseimbangan hidup antara jasmani dan rohani, kemudian akan
melahirkan manusia yang beriman dan berpengetahuan sehingga dapat menjalankan
misi penciptaannya sebagai khalifah yang dapat mengelola alam dengan penuh
pengabdian kepada penciptanya.
Pendidikan Islam
senantiasa bersambung dan tidak terbatas oleh tempat dan waktu, karena hahekat
pendidikan merupakan proses tanpa akhir (Life Long Education). Maka pendidikan
bersifat dinamis dan progresif mengikuti kebutuhan anak didik. Azas pendidikan
seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinyu, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.
Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non
formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, di sekolah, dalam
pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Bangsa
Indonesian telah merumuskan konsep pendidikan seumur hidup baru mulai
dimasyarakat melalui kebijakan Negara dalam Tap MPR No.IV/MPR/ 1970 jo. Tap No.
IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan
nasional, antara lain :
1.
Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
2.
Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ),
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan ).
Di dalam UU
Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan
dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh
dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan di luar sekolah[16].
Ketetapan di
atas menunjukkan, bahwa setiap warga Negara berkesempatan seluas-luasnya untuk
menjadi peserta didik melalui pendidikan sekolah ataupun luar sekolah. Setiap
warga negara diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari
kehidupanya dalam mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia Masyarakat
dan pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dalam menciptakan situasi yang
dapat memotivasi anak untuk terus belajar. Sekolah formal bukan satu-satunya
tempat dan waktu utnyuk belajar. Dasar pendidikan seumur hidup adalah adanya
keyakinan, bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam
maupun diluar sekolah.
Pendidikan
sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap
kepribadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
peserta didik.
Tujuan Dan Strategi Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan pada
dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal
sepanjang hidup. Konsepsi pendidikan semur hidup merupakan alat untuk
mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih
bernilai bagi masyarakat.[17]
Tujuan pendidikan
manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup adalah untuk mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, dan untuk
menumbuhkan kesadaran bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dan dinamis serta untuk mempertahankan dan meningkatkan
mutu kehidupan.
Dasar pemikiran
yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sangat penting, dan dapat
ditinjau dari beberapa aspek/tinjauan.
Gambar
1. Pendidikan seumur hidup dalam berbagai persepektif
1)
Tinjauan
Ideologis, yaitu pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang
mengembangkan potensinya dengan terus menerus sepanjang hidupnya, memberikan
skill agar mampu beradaptasi dengan masyarakat, karena pada dasarnya manusia
dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
2)
Tinjauan
ekonomis, yaitu pendidikan seumur hidup adalah cara paling efektif untuk keluar
dari kebodohan yang menyebabkan kemelaratan, karena pendidikan seumur hidup
dapat meningkatkan produktifitas, memelihara & mengembangkan sumber-sumber
yang dimiliki, memungkinkan hidup dalam suasana menyenangkan dan sehat,
memiliki motivasi dalam mengasuh & mendidik anak secara tepat.
3)
Tinjauan
sosiologis, yaitu pada umumnya negara-negara berkembang masih banyak orang tua
yang kurang menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
Pendidikan seumur hidup merupakan solusi bagi anak-anak yang kurang mendapatkan
pendidikan formal, atau tidak bersekolah sama sekali.
4)
Tinjauan
Politis, yaitu negara menghendaki seluruh rakyat menyadari pentingnya hak milik
pribadi dan memahami fungsi pemerintah.
5)
Tinjauan
Teknologis, yaitu dunia saat ini dilanda oleh eksplotasi ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan berbagai produk yang dihasilkannya, yang menuntut untuk selalu
mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya agar seperti
yang terjadi pada negara-negara maju agar mampu tidak hanya menjadi penonton di
tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6)
Tinjauan
filosofis, yaitu kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral potensi
yang meliputi manusia sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dan makhluk
susila.
7)
Tinjauan
Psikologis adalah dasar kejiwaan dan jasmani yaitu manusia merupakan kesatuan
kesadaran rohani, baik dari pikir, rasa, karsa, cipta dan budi. Kesadaran
jasmani ( panca indera.)
8)
Paedagogis,
yaitu perkembangan IPTEK yang pesat mempunyai pengaruh yang besar terhadap
konsep, teknik dan metode pendidikan
Pendidikan
seumur hidup merupakan azas pendidikan pendewasaan dan terus menerus.
Pendidikan seumur hidup adalah kegiatan yang dipandang sebagai pelayanan untuk
membantu pengembangan personal seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup
merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu berlangsung terus menerus
agar lebih bernilai dalam masyarakat. Dalam penerapannya diperlukan adanya
suatu strategi, sehingga pendidikan bagi manusia dapat diartikan secara tepat
dan benar. Menurut Soelaiman Joesoef, strategi pendidikan seumur hidup meliputi
:
a)
Konsep
Dasar Pendidikan Seumur Hidup yaitu :
1.
Sebagai
tujuan/ide formal,
2.
Sebagai
respon terhadap keinginan,
3.
Sebagai
cara yg logis untuk mengatasi problem,
4.
Sebagai
dasar desain kurikulum
b)
Arah
dan alasan pendidikan seumur hidup
Pendidikan
seumur hidup dalam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
di dalam hidup, umumnya diarahkan:
1.
Kepada
orang dewasa, yaitu sebagai generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan
pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan ”self interest” yang merupakan
tuntutan hidup sepanjang masa.
2.
Kepada
anak-anak, yaitu anak adalah tempat awal bagi orang dewasa, maka pendidikan
bagi anak perlu mendapat perhatian, dengan program kegiatan tersusun mulai dari
peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar, mempertinggi daya pikir,
sehingga membuat anak belajar berpikir kritis dan mempunyai pandangan hidup ke
depan.
Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Implikasi
merupakan akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan
demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up
dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur
hidup. Penerapan azas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan
sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori yaitu:
Gambar 2. implikasi pendidikan seumur hidup pada program
pendidikan
1.
Pendidikan
baca tulis fungsional
Program
ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relevansinya
yang ada pada negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk
yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan Radio, mengakses
internet dari pada membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan
melek huruf fungsional terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun
pengaruh IPTEK terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan
oleh karena pengetahuanpengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat
diperoleh melalui bahan bacaan utamanya.
Realisasi
baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu: 1, Memberikan kecakapan
membaca, menulis, menghitung yang fungsional bagi anak didik; 2. Menyediakan
bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan
yang telah dimilikinya.
2.
Pendidikan
vokasional.
Pendidikan
vokasional adalah sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar
batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu
program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut
menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting
ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas
selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu
tetap dilaksanakan secara kontinyu.
3.
Pendidikan kultural
dan pengisian waktu senggang.
Bagaimanapun bagi orang-orang terpelajar diharapkan mampu
memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat
hidup, seni, dan musik bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya
hidupnya, terutama segi pengalaman yang mengingingkannya untuk mengisi waktu
senggangnya dengan menyenangkan. Oleh karena itu, pendidikan cultural dan
pengisian waktu senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari
long life education.
4.
Pendidikan
profesional.
Realisasi
pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in
Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan
sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan
buruh, berlaku pula bagi profesional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
5.
Pendidikan
ke arah perubahan dan pembangunan.
Era
globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK,
telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak
yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar.
Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung
secara kontinyu (lifelong education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari
berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur
hidup.
6.
Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Selain
tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi
sekarang dimana pola pikir masyarakat. yang semakin maju dan kritis, baik
rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis,
diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga
negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinyu dalam konteks ini
merupakan konsekuensinya.
SIMPULAN
Pendidikan
seumur hidup adalah proses pendidikan secara kontinyu berlangsung tanpa batas
waktu dan tempat yaitu mulai sejak lahir sampai akhir hayat manusia. Pendidikan
ini dilaksanakan di jalur pendidikan formal, non formal maupun informal yang
berlansung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan
masyarakat.
Tujuan
pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup adalah untuk,
mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya,
menumbuhkan kesadaran bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dan dinamis serta mengembangkan dan meningkatkan harapan
hidup manusia.
Implikasi Konsep
Pendidikan Seumur Hidup adalah merupakan akibat langsung atau konsekuensi dari
suatu keputusan. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu pendidikan baca tulis
fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan profesional, pendidikan ke arah
perubahan dan pembangunan dan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan naskah jurnal
ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. H. Maftukhin M.Ag, selaku
Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah
M.Pd.I selaku dekan fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung serta dosen pengampu mata kuliah Dasar – Dasar
Pendidikan yang telah membimbing dalam penyusunan naskah jurnal ini sehingga
naskah ini dapat terselesaikan dengan baik. Bapak Muhammad Luqman Hakim Abbas, S.Si
M.Pd. selaku Koorprodi Tadris Fisika yang telah memberikan izin dan kemudahan
untuk menyelesaikan naskah jurnal ini. Serta teman-teman yang telah memberikan
dorongan dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah
jurnal ini dengan sangat baik.
BIBLIOGRAFI
Agama
RI, Dep. Undang-Undang dan Peraturan
tentang Pendidikan, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2006
Ahmadi,
Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Reneka
Cipta, 2003
Azizy,
Qodry, Pendidikan Agama untuk Membangun
Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat,
Semarang, Aneka Ilmu, 2002
Hasan,
Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, cet.
6, Jakarta, Reneka Cipta, 2010
Hasbullah,
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2009
Idi,
Abdullah & Toto Suharto, Revitalisasi
Pendidikan Islam, Yogyakarta, Tiara Kencana, 2006
Maunah,
Binti. 2022, Landasan Pendidikan. Yogyakarta : KALIMEDIA.
Menanti,
Usman Pelly dan Asih, Teori-Teori Sosial
Budaya, Jakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, 1994
Mudyahardjo,
Rejda, Pengantar Pendidikan, Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2001
Nata,
Abudin, Pemikiran para Tokoh Pendidikan
Islam, Jakarta, RagaGrafindo Persada, 2000
Rohendi,
Ali Maksum, Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma
Pendidikan Universal di Era Modern dan Pots Modern, Mencari Visi Baru atas
Realitas Baru Pendidikan Kita, Yogyakarta, IRCiSod, 2004
Ruhendi,
Ali Maksum, Luluk Yunan, Paradigma
Pendidikan Universal i Era Modern dan Post Modern, Yogyakarta, @IRCiSoD,
2004
Syam,
M. Noor, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,
Jakarta, Usaha Nasional, 1998
Tim
Dosen Ikip Malang, Pengantar Dasar-Dasar
Kepemdidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1988
Wijdan,
Muslih Usa dan Aden, Penyunting, Pendidikan
Islam dalam Pradaban Industrial, Yogyakarta, Aditya Media, Cet.1, 1997
Yaqin,
M. Ainul, Pendidikan Multikultural Cross
Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta, Pilar
Media, 2005
[1] Qodry Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika
Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat, (Semarang,
Aneka Ilmu, 2002) hal. 12
[2]
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural Cross Cultural
Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, ( Yogyakarta, Pilar Media,
2005) hal. 148
[3] Ali Maksum, Luluk Yunan Ruendi, Paradigma Pendidikan Universal i Era Modern
dan Post Modern, (Yogyakarta, @IRCiSoD, 2004) hal. 279
[4]
Usman Pelly dan Asih
Menanti, Teori-Teori Sosial Budaya,
(Jakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, 1994) hal. 68
[5] Muslih Usa dan Aden Wijdan,
Penyunting, Pendidikan Islam dalam
Pradaban Industrial, (Yogyakarta, Aditya Media, Cet.1, 1997) hal. 109
[6]
Binti Maunah, landasan pendidikan (Yogyakarta, 2022),
hal. 1-2
[7]
Denawanto,implikasi pendidikan seumur hidup terhadap
pendidikan non-formal.hal 01
[8]
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar
Dasar-Dasar Kepemdidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, 1988) hal. 125
[9]
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2003) hal. 159
[10] Abdullah Idi & Toto Suharto,
Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta,
Tiara Kencana, 2006), hal. 181
[11]
M. Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,
(Jakarta, Usaha Nasional, 1998) hal. 123
[12] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta,
Rajagrafindo Persada, 2003) hal.31
[13] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009)
hal. 63
[14] Muslih Usa dan Aden Wijda,
(Penyuting,) Pendidikan Islam dalam
Peradaban Industrial, (Yogyakarta, Aditya Perdana, 1997) hal. 15
[15]
Ali Maksum, Luluk Yunan
Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal
di Era Modern dan Pots Modern, Mencari Visi Baru atas Realitas Baru Pendidikan
Kita, (Yogyakarta, IRCiSod, 2004) hal. 188
[16] Dep. Agama RI, Undang-Undang dan
Peraturan tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2006) hal. 13
[17] Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, cet. 6 (Jakarta, Reneka Cipta, 2010) hal.
42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TRIMAKASIH SUDAN MENGHUBUNGI